Cara Memperlihatkan Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi) Untuk Bayi

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
ASI air susu ibu makan terbaik untuk anak CARA MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) UNTUK BAYI
Secara substansial bayi perlu mendapat nutrisi awal terbaik. ASI (Air Susu Ibu) yaitu nutrisi kuliner tunggal terbaik yang bisa memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi normal untuk tumbuh kembang di bulan-bulan pertama kehidupannya. Itu sebabnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana PBB untuk Anak-anak (UNICEF) menetapkan dukungan ASI langsung pada bayi selama 6 bulan. Ini berarti, si kecil hanya mendapat ASI, tanpa kuliner suplemen lain selama masa itu. Penelitian menunjukkan, banyak manfaat diperoleh bayi yang mendapat ASI. Tidak ada yang bisa menggantikan ASI yang memang di’desain’ khusus untuk bayi. Dan jangan lupa, proses dukungan ASI akan menumbuhkan kelekatan emosi yang dalam dan besar lengan berkuasa antara ibu dan bayi.
Setelah usia 6 bulan, ASI hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan gizi bayi. Jadi, bayi mulai membutuhkan kuliner pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian kuliner padat pertama ini harus memperhatikan kesiapan bayi, antara lain, keterampilan motorik, keterampilan mengecap dan mengunyah, plus penerimaan terhadap rasa dan bau. Makanya, dukungan kuliner padat pertama perlu dilakukan secara bertahap. Misalnya, untuk melatih indera pengecapnya, berikan bubur susu satu rasa dulu, gres kemudian dicoba yang multi rasa.

Usia 6-8 Bulan – Makanan Lumat

Saat mulai memberi si kecil kuliner padat, jangan bertubi-tubi memberi aneka jenis kuliner dalam waktu singkat. Beri jeda beberapa hari antara setiap jenis kuliner baru, sehingga tidak terlalu memaksa anak. Anda pun punya cukup waktu untuk memantau kalau-kalau ada duduk masalah yang timbul berkaitan dengan kuliner tertentu.

Juga, biarkan bayi menetapkan berapa banyak kuliner yang mau ditelannya. Untuk beberapa jenis makanan—dalam sehari—bayi Anda bisa jadi kelihatannya tidak makan terlalu banyak. Sedangkan bayi lain malah kelihatan sangat rakus. Tidak usah pusing. Ikuti saja apa maunya. Yang penting, Anda selalu memantau proses tumbuh kembangnya secara teratur.

Bagaimana memulainya?

Setelah usia 6 bulan, kuliner padat pertama si kecil ini yaitu kuliner lumat, yakni bubur susu dan buah. Selama 2 ahad pertama, si kecil cukup diberi dua jenis kuliner ini. Makanan lumat gampang dicerna dan cepat meninggalkan lambung si kecil. Pemberian kuliner lumat ini dimulai dalam bentuk encer dan jumlahnya sedikit. Secara bertahap, kuliner dikentalkan serta jumlahnya ditambah.

Pemberian secara sedikit demi sedikit ini perlu dilakukan lantaran hingga usia ini, jenis kuliner yang paling bayi kenal yaitu ASI (dan ia masih tetap membutuhkannya hingga usia 2 tahun). Jika ia mendorong keluar kuliner atau menutup lisan rapat-rapat, jangan paksa. Mungkin ia belum siap untuk makan kuliner padat.

Setelah bayi berhasil melalui masa 2 ahad ini dengan baik, Anda bisa memberinya kuliner lunak, yakni nasi tim saring, sebanyak 1 kali dalam sehari. Nasi tim ini harus terdiri dari sumber karbohidrat, sumber protein, serta sumber zat pengatur.
Bagaimana dengan buah? Sebaiknya disajikan dengan cara disaring dan mulailah dengan buah berserat rendah. Misalnya, jeruk, pisang, pepaya, dan avokad. Secara bertahap, Anda boleh memberinya buah lain. Peralihan dari kuliner lumat ke kuliner lunak juga perlu dilakukan secara bertahap. Ini berarti, Anda perlu mengatur kekasaran teksturnya. Awalnya, pilih sayur berserat rendah, ibarat wortel, tomat, bayam, dan sebagainya. Setelahnya, Anda bisa memberinya brokoli dan lainnya.

Makan dari sendok butuh keterampilan tersendiri. Bisa jadi, Anda harus uji coba selama beberapa kali hingga bayi betul-betul terbiasa. Di usia ini, kebanyakan pemenuhan kalori masih berasal dari ASI. Dan tujuan utama mengenalkan kuliner padat pada bayi yaitu mengajarinya cara makan yang benar-benar berbeda serta memperkenalkan aneka citarasa dan tekstur kuliner baru. Yang terpenting, buat proses berguru mengenal kuliner gres jadi pengalaman yang menyenangkan.

Pentingnya Variasi
Untuk memperkenalkan kuliner pada bayi, mulailah dengan 1 jenis makanan. Tunggu paling tidak selama 4 hari sebelum mengenalkan kuliner jenis lain. Adanya batas waktu tenggang menciptakan bayi makin mengenal dan bisa mendapatkan kuliner barunya. Reaksi alergi biasanya gres muncul beberapa hari sehabis jenis kuliner itu dikonsumsi. Jika timbul reaksi alergi jenis tertentu, Anda jadi tahu persis penyebabnya.

Sebagian pakar percaya, penting untuk mulai memperkenalkan sayuran hijau dulu, sehingga teladan citarasa bayi tidak ‘termanjakan’ dengan rasa bagus dari buah-buahan. Sebagian pakar lagi menganggap itu hanya mitos belaka. Menurut mereka, bayi terlahir dengan menyukai yang manis-manis. Anda bisa mengombinasikan kedua pendapat ini, dan melihat mana yang paling pas buat bayi Anda.

Yang pasti, mengombinasikan aneka macam jenis kuliner akan menciptakan bayi tidak cepat bosan, memicu selera makannya plus tidak menjadikannya si pemilih makanan. Jangan hingga ia terbiasa makan kuliner yang itu-itu saja. Ia bisa kekurangan gizi yang dibutuhkannya.

Jadikan Sebagai Rutinitas !
Waktu makan—sarapan, makan siang dan makan malam—harus Anda terapkan secara konsisten. Ini bukannya tanpa alasan. Sistem pencernaan bayi perlu dilatih untuk berguru menerima, mencerna, serta menyerap kuliner pada waktu-waktu yang ditentukan. Untuk masing-masing waktu makan itu, sajikan kelompok kuliner yang ada dalam tabel ‘Jadwal dukungan kuliner si kecil’ . Perlu dicatat, kalau kenyang si kecil akan memberi sinyal. Misalnya, menjulurkan pengecap atau memalingkan kepala. Jadi, jangan takut si kecil akan makan secara berlebihan.

Mulai Memperkenalkan Biskuit

Anda sudah bisa mulai memberi biskuit bayi sebagai kuliner ringan di antara waktu makan. Koordinasi antara mata dan tangannya sudah cukup baik, sehingga ia bisa membawa tangannya ke mulut. Pada umur 7 bulan, rata-rata bayi sudah bisa makan sendiri biskuitnya. Umumnya, tekstur biskuit yang lembut menciptakan bayi gampang mengemutnya, bahkan akan membantu merangsang pertumbuhan giginya.

Gizi Penting untuk Usia 6-12 Bulan
Pada usia 6-12 bulan, teladan makan anak harus mengikuti piramida makanan. Makin ke atas makin sedikit porsi kuliner yang harus dikonsumsi anak. Berikut urutannya dari paling bawah ke paling atas:

  • Sumber karbohidrat , yakni roti, jagung, nasi, cereal , dan sebagainya, dikonsumsi sebanyak 1-3 kali/hari @ 1 mangkuk kecil.
  • Sumber zat pengatur , yaknis sayuran dikonsumsi sebanyak 1-2 kali/hari sekitar 25-50 g mentah. Buah dikonsumsi sebanyak 1-2 kali/hari sekitar 25-75 g.
  • Sumber protein yaitu ASI dikonsumsi sebanyak 2-3 kali/hari. Protein lainnya dikonsumsi sebanyak 1-3 kali/hari. Misalnya, ayam kampung (paha bawah), telur (1/2–1 butir), daging (1/2 potong sedang/20 g), kacang-kacangan (1-2 sendok makan), tahu (1 potong/50 g), tempe (1 potong/25 g), serta ikan (1 potong sedang/20 g).
  • Bila perlu, berikan sumber lemak berupa minyak sebanyak 1/2 sendok teh.

Penting: ASI yaitu sumber utama untuk karbohidrat, lemak dan protein.

Masalah Makanan yang Bisa Timbul Bagi Bayi Usia 6-8 Bulan: Alergi Makanan

Alergi kuliner yaitu suatu reaksi yang timbul pada badan sehabis seseorang mengonsumsi suatu jenis makanan. Reaksi ini dipicu oleh kondisi kekebalan badan pada orang tersebut. Bila salah satu dari Anda atau pasangan Anda punya riwayat alergi makanan, risikonya pada si kecil meningkat hingga 20-30%. Jika Anda berdua alergi, risikonya pada anak naik lagi hingga 40-70%.

Tanda-tanda si kecil mengalami alergi makanan, yaitu jikalau sehabis Anda memberinya satu jenis makanan, ia memperlihatkan gejala-gejala, antara lain: Ruam di kulit, Diare, Muntah

Munculnya alergi membutuhkan lebih dari satu kali paparan untuk sensitif terhadap alergen. Dan jikalau anak Anda menolak satu jenis makanan, ini belum tentu berarti ia mengalami alergi. Siapa tahu ia hanya tidak mau makan saja.

Perlu dicatat: Menangis terus-menerus bisa pula menjadi menandakan alergi makanan, meski umumnya diikuti ruam, diare, atau muntah. Kebanyakan anak yang alergi kuliner alhasil bisa mengatasi alerginya. Makanya, Anda bisa memperkenalkan lagi kuliner itu dengan kondusif (konsultasi dulu dengan dokter anak Anda).

Jadual Pemberian Makan Bagi Si Kecil Usia 6-8 Bulan

6-7 bulan
    ASI sesuai cita-cita atau MP-ASI sehari 3-4 kali 150-180 ml
    1 kali bubur susu + 1 kali buah + 1 kali nasi tim saring

7-8 bulan

    ASI sesuai cita-cita atau MP-ASI sehari 3-4 kali 180-210 ml
    1 kali bubur susu + 1 kali buah + 2 kali nasi tim saring.




Sekilas Tentang Contoh Makanan Bayi

Setelah si kecil mulai mendapat MPASI, begitu banyak ragam materi kuliner yang bisa diberikan. Berikut 11 kuliner yang paling “akrab” dengan bayi disertai klarifikasi dr. Purnamawati S. Pujiarto, Sp.A(K).

1.Oatmeal/bubur gandum untuk bayi
Bubur gandum/oatmeal merupakan sumber karbohidrat. Makanan yang mengandung serat, fitokemikal, vitamin, mineral, protein dan juga rendah lemak ini baik untuk kesehatan, termasuk kesehatan bayi. Kandungan seratnya baik untuk pencernaan lantaran mencegah konstipasi/sembelit dan sifat seratnya yang larut dalam air akan menurunkan kadar kolesterol, serta bisa “mengatur” absorpsi karbohidrat yang baik untuk penderita diabetes. Bahkan oatmeal mengandung substansi untuk mencegah kanker. Oatmeal juga menciptakan lambung terasa penuh untuk jangka waktu cukup panjang.

Bayi bisa diberikan oatmeal semenjak berusia 7 bulan. Rebus serpihan gandumnya sebentar dengan sedikit air hingga lembut. Bubur gandum untuk bayi bisa disajikan plain (apa adanya) atau dicampur dengan susu atau buah, bisa juga dibentuk kudapan bagus camilan. Namun, gandum yang merupakan materi oatmeal mengandung gluten yang pada sebagian bayi sanggup memicu alergi.

2. Mi, kentang, pasta, umbi-umbian

Makanan bayi tak harus berupa nasi tim saja. Bisa dimulai pemberiannya pada usia 6 atau 7 bulanan (saat dimulainya dukungan MPASI). Sumber karbohidrat lain ibarat mi beras dan terigu, kentang, ubi, jagung, roti gandum, atau pasta boleh saja diberikan. Namun dalam pengolahannya hindari bumbu yang hiperbola terutama bumbu yang berasal dari kemasan mi instan (lihat Aturan Pemberian Bumbu).

3. Daging ayam
Manakah yang lebih baik, daging ayam kampung atau ayam negeri? Sebenarnya baik daging ayam kampung maupun ayam negeri sama baiknya, selama ayam itu sehat. Ada anggapan ayam kampung lebih baik daripada ayam negeri lantaran hidup ayam kampung relatif lebih alamiah ketimbang ayam negeri yang banyak diberi suntikan hormon, vaksin dan lainnya.

Perlu dicermati, sebagian besar sapi, ayam, dan binatang peliharaan lain juga diternakkan dalam kondisi “factory-like” atau dalam jumlah besar dan secara rutin diberi antibiotik takaran rendah melalui kuliner atau air minumannya. Di Amerika Serikat diperkirakan 70% antibiotik dipergunakan untuk binatang ternak. Hal ini potensial menyuburkan kuman yang resisten terhadap antibiotik. Sebagian bakterinya ini bisa menyebar melalui daging yang dimasak tidak hingga matang.

Residu bahan-bahan kimia pada daging ternak terkonsentrasi pada lemak dan kulit. Untuk memperkecil risiko efek buruknya, buang lemak dan kulit dari daging ternak sebelum memasaknya.

4. Ikan air tawar atau ikan laut?

Selain tinggi protein, ikan mempunyai kandungan lemak tak jenuh yang sangat bermanfaat bagi pembentukan otak bayi. Ikanbaik ikan air tawar maupun ikan bahari ibarat tuna, tengiri, makarel, dan kakap besardapat diberikan kepada bayi usia 9 bulan ke atas. Pengolahannya bisa ditim, dipanggang, ditumis, atau dipepes. Cara pengolahan ibarat ini relatif paling “aman” lantaran nilai gizi ikan hanya akan berkurang sedikit. Sementara cara pengolahan ikan dengan direbus atau digoreng berisiko menghilangkan mineral-mineral yang terkandung pada ikan lantaran larut dalam air atau minyak yang digunakan.

5. Telur ayam
Telur merupakan kuliner kaya protein. Namun, dukungan telur kepada bayi terutama potongan putihnya, sering memicu alergi. Makara kalaupun ingin menyajikan hidangan telur berikan kuning telurnya saja, itu pun sehabis bayi usia 7 bulan. Sementara putih telur umumnya direkomendasi gres sehabis usia bayi di atas 9 bulan.

Telur bisa disajikan dalam bentuk sup (telur dikocok kemudian dimasukkan ke dalam air rebusan sup ayam atau sup lainnya). Atau rebuslah telur, kemudian kuningnya dijadikan adonan tumis sayuran. Puding bayi pun sanggup diperkaya kandungan gizinya dengan penambahan susu dan kuning telur.

6. Buah

Buah yang paling sering diberikan kepada bayi di awal dukungan MPASI yaitu pisang. Namun, bukan berarti pisang yaitu buah terbaik. Kebiasaan ini semata-mata terbentuk lantaran menggandakan begitu saja apa yang dilakukan kebanyakan orangtua dulu. Padahal banyak alternatif buah yang sanggup diberikan, ibarat pepaya, pir, apel, melon, semangka, mangga, avokad, dan jeruk. Sampai usia 7 bulan sebaiknya buah, kecuali avokad, diberikan sehabis dikukus sebentar atau direbus dengan sedikit air, kemudian dilumatkan menjadi ibarat saus dengan atau tanpa susu.

7. Keju
Keju merupakan olahan dari susu dan termasuk dairy product yang sanggup diberikan kepada bayi mulai usia 7 atau 8 bulan. Kandungannya tidak berbeda jauh dari susu ternak, yakni protein, lemak, vitamin, dan mineral. Olahan keju bisa dicampurkan ke dalam porsi kuliner bayi bisa dengan cara diparut. Baik untuk menambahkan rasa gurih yang bermanfaat pada kuliner bayi. Gunakan secukupnya atau kira-kira seukuran dadu dengan panjang, lebar, dan tinggi 1/2 ukuran kartu domino.

8. Madu

Beberapa zat yang terkandung dalam madu yaitu fruktosa (gula buah), protein, vitamin, dan mineral. Soal boleh tidaknya dukungan madu pada bayi masih memunculkan kontroversi. Penelitian modern menemukan, madu orisinil (yang diambil langsung dari sarang lebah tanpa diolah lagi) ternyata mengandung kuman clostridium botulinum yang dibawa oleh kaki-kaki tawon. Spora dari clostridium botulinum ini bisa hidup dalam badan bayi dan mengakibatkan infantile botulism dengan tanda-tanda panas, kembung, dan kejang. Penyakit ini amat berbahaya lantaran bisa mengakibatkan kematian. Itulah mengapa, terutama madu orisinil (yang masih mengandung lilin) amat tidak disarankan bagi bayi.

Untuk amannya, jangan memperlihatkan madu hingga anak berusia 2 tahun. Tanpa madu pun bayi tak akan merugi. Bayi justru bisa merugi kalau diberi madu lantaran bisa menjadikan keracunan botulism.

9. Yoghurt
Selain dari susu segar, yoghurt juga sanggup dibentuk dari susu skim (susu tanpa lemak) yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu tergantung pada kekentalan produk yang diinginkan. Yoghurt boleh diberikan semenjak bayi berusia 7 atau 8 bulan. Itu pun yoghurt yang memang dibentuk khusus supaya sanggup dikonsumsi bayi, bukan sembarang yoghurt. Banyaknya sekitar 25 ml per hari. Setelah berusia setahun barulah anak sanggup mengonsumsi semua jenis yoghurt dan menikmati keuntungannya sebagai sumber protein, kalsium, fosfor, dan lemak.

Yoghurt bergotong-royong tidak berbeda jauh dengan susu lantaran intinya yoghurt yaitu susu yang difermentasi dengan memasukkan kuman lactobacillus, yaitu kuman baik yang ada di jalan masuk cerna dan ASI. Penambahan ini menciptakan asam dan laktosa (gula susu) terurai dan tekstur susu pun berubah jadi menggumpal.

Untuk konsumsi bayi, pilih yoghurt murni (tanpa penambahan rasa apa pun termasuk rasa buah). Kemudian campurkan dengan buah orisinil ibarat mangga, pisang, stroberi, kiwi, melon, avokad atau pepaya yang dihaluskan (dilumat atau diblender).

Konsumsi yoghurt juga baik dilakukan di ketika bayi mengalami diare serta membantu bayi yang menderita intoleransi terhadap laktosa. Laktosa susu pada yoghurt yang sudah dipecah oleh kuman baik melalui proses fermentasi jadi gampang diserap pencernaan. Itulah mengapa yoghurt amat disarankan sebagai pengganti susu bagi anak yang tidak bisa mencerna laktosa dengan baik. Dengan minum yoghurt, anak terhindar dari diare akhir intoleransi laktosa. Selain itu, mengonsumsi yoghurt secara teratur sanggup membantu menjaga kesehatan jalan masuk pencernaannya.

10. Es krim

Es krim boleh diberikan untuk bayi di atas 6 bulan sebagai kuliner ringan lantaran kandungan gizinya sama dengan susu. Rasa yang dipilih boleh apa saja; vanila, cokelat, stroberi dan lainnya tergantung pada selera bayi. Orangtua juga bisa menciptakan es krim sendiri dengan materi bubur kacang hijau dicampur susu dan diblender kemudian dibekukan dan diblender lagi. Bayi juga menyukai fruit milk shake dari buah dengan es krim vanila dan susu yang diblender.

11. Aneka kuliner botol siap saji
Kandungan gizi produk kuliner bayi siap saji (umumnya produk impor dan dikemas dalam botol kecil-kecil) sudah diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan gizi bayi. Boleh saja diberikan kepada bayi dalam keadaan “emergensi” (umpamanya ketika bepergian). Untuk sehari-hari, buatlah kuliner rumah dari materi lokal. Selain lebih murah, juga lebih mudah, sehat, dan segar.

Aturan Pemberian Bumbu Pada Makanan Bayi
Masakan tim untuk bayi usia 9 bulan ke atas sudah boleh diberi bumbu masak alami. Contoh bumbu alami yaitu bawang bombai, bawang merah, bawang putih, bawang daun, seledri, salam, serai, daun jeruk, kemangi, lengkuas, kunyit, kencur, dan lainnya. Namun, garam sebaiknya tidak diberikan kepada bayi di bawah 1 tahun lantaran bisa memperberat kerja ginjalnya. Lagi pula kebutuhan natrium yang terkandung dalam garam sudah tercukupi lewat makanan. Lada, sebaiknya tidak diberikan dulu lantaran rasanya yang pedas. Pemberian gula pun harus hati-hati lantaran bila terlalu banyak bisa mengganggu pencernaan bayi (mencret) atau pada anak yang sudah punya gigi akan mempermudah kemungkinan kerusakan gigi. Jadi, perlu diketahui, sebetulnya dukungan gula dan garam tidak menambah kandungan nutrisi dalam makanan. Malah akan menciptakan anak jadi terbiasa dengan kuliner bagus atau asin di kemudian hari yang merupakan kebiasaan kurang sehat.

Hindari pula bumbu masak artifisial ibarat vetsin atau penyedap rasa lain yang umumnya mengandung monosodium glutamat (MSG), zat pengawet, maupun pewarna lantaran tak bermanfaat, bahkan sanggup merugikan kesehatan bayi.

Sumber: Dirangkum dari aneka macam sumber!!

Sumber https://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Cara Memperlihatkan Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi) Untuk Bayi"

Posting Komentar