Tunjangan Sabun Untuk Guru Pendidik Paud

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
 kemarin aku bertemu lagi pendidik  Taman Kanak-kanak PAUD TUNJANGAN SABUN UNTUK GURU PENDIDIK PAUD
Seperti hari-hari biasa, kemarin aku bertemu lagi pendidik Taman Kanak-kanak PAUD, tapi hari ini pengamatan aku kok berbeda dari biasanya, mungkin juga sudut pandang yang terjadi agak berbeda juga dari bahan training yang sering aku berikan perihal penampilan guru pendidik PAUD yang baik. Dalam bahan aku sering memberikan dan menekankan kepada para guru pendidik Taman Kanak-kanak PAUD bahwa mereka yaitu model bagi anak dalam hal penampilan terutama dari segi cara berpakaian. Kaprikornus mereka harus selalu berpakaian rapi dan higienis semoga bawah umur memalsukan kerapian dan kebersihan ini.


Tapi hari ini kok?...sudut pandang aku benar-benar berubah, ketika bertemu dengan bunda Niya guru pendidik KB yang agak lain dari biasanya, ia terlihat agak tersipu-sipu aib ketika melihat kedatangan aku di TKnya, semula aku tidak begitu memperhatikan perilaku bunda ini, sebab aku sudah terbiasa bertemu orang yang tersipu-sipu jikalau bertemu aku yang ganteng ini (...hihihi..pede..!!), tapi karenanya aku ingin tau juga dengan bunda Niya dan aku tanya aja apa khabarnya?...  tapi yang ditanya eksklusif mengasih balasan yang beda: 
"Maaf pak hari ini aku tidak rapi dan bersih." Kata bunda terlihat masih tersipu-sipu.
"Lo memangnya kenapa bu?." tanya aku sambil mengamati apa gerangan ketidak rapian yang dibilang bunda ini. Selain jilbab yang agak miring sedikit aku tidak menemukan hal yang ganjil lainnya. Hingga bunda berkata:
"Tadi Noval sama Iqbal anak KB, makan coklat, tangan mereka kotor' eksklusif memeluk saya". kata bunda sambil membuktikan cuilan lengan bajunya yang terlihat kotor sekali.

Oh.. aku gres paham, apalagi ketika melihat warna coklat di sana sini di baju dinas dan jilbab bunda Niya yang penuh noda bekas coklat dari tangan anak-anak. Saya tersenyum dan bilang "Itu malah manis Bunda.".

Sebelum bunda bertanya kenapa aku bilang bagus, aku sudah sambung balasan dengan klarifikasi yang pada dasarnya menyampaikan bahwa bunda Niya yaitu guru pendidik yang sebenar-benarnya guru pendidik sejati, ia telah berkorban untuk mengasuh dan mendidik bawah umur cita-cita bangsa ini dengan ketulusan cinta, ini terbukti bawah umur begitu menyayangi dan menyayangi bunda hingga merasa begitu bersahabat sampai-sampai memeluk bunda dengan tidak sungan-sungkan lagi.

Mendengar klarifikasi aku itu bunda Niya terlihat mengangguk-aguk tersenyum senang, matanya terlihat berbinar-binar, tidak lagi aib menyerupai awal bertemu. ada rona semangat diwajahnya. Hingga ia permisi untuk menemui bawah umur lagi, tinggal aku sendiri yang merenungi insiden ini. Dalam benak aku terlintas kembali pikiran bahwa ternyata begitu berat menjadi guru pendidik PAUD yang sesungguhnya, penuh usaha dan pengorbanan. Seperti bunda Niya tadi, ia yaitu guru pendidik PAUD disalah satu forum PAUD kecil, dengan honor sebulannya seratus ribu rupiah, sangat tidaklah mencukupi walau cuma untuk membiaya kuliahnya saja. Belum lagi untuk biaya hidup dan transfort pergi kelembaga tentu sangat membebani mereka.

Saya terpikir alangkah baiknya jikalau seandainya ibu guru pendidik PAUD menyerupai bunda Niya diberikan dukungan "sabun cuci" untuk sekedar meringankan ongkos dan beban mereka sebab harus mencuci pakaian yang kotor, ketika begitu bersemangat mengajar dan mendidik di lembaga-lembaga PAUD ini.

Tapi aku pribadi untuk sementara ini hanya dapat mendo'akan dan menyampaikan semoga para bunda di lembaga-lembaga PAUD berusaha untuk tetap semangat. It ain’t over until the fat lady sings. Begitulah peribahasanya. 

Tetap semangat ya bunda..terima kasih banyak yang tak terhingga atas segala pengorbanannya... salam anak Indonesia.      

Dari : http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/, terimakasih sudah berkunjung, salam anak  Indonesia.

Sumber https://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Tunjangan Sabun Untuk Guru Pendidik Paud"

Posting Komentar