ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Seorang anak yang lahir dibekali bermilyar neuron (sel syaraf) dan Sinapsis dalam otaknya. Pada periode awal perkembangan anak sel-sel neuron tumbuh, bermigrasi, berafiliasi satu sama lain, menyusun dan membuat jalan terjadinya proses wiring (perkawatan) dalam otak. Proses wiring tersebut akan bertambah kuat dan menunjukkan bentuk pada bagaimana cara anak berpikir, merasa, bersikap, berperilaku, dan berguru kalau neuron-neuron tersebut distimulasi. Neuron-neuron yang tidak mendapat stimulasi pendidikan akan musnah lewat proses alamiah (pemangkasan ini berlangsung terus sampai remaja). Hal inilah yang mengakibatkan mengapa usia dini (periode perkembangan anak) disebut sebagai masa emas (the golden age), yaitu dimana sel-sel otak berkembang luarbiasa dengan membuat sambungan antar sel dan akan memilih kualitas anak kelak dalam kehidupannya.
Proses tumbuh kembang anak terdiri atas dua proses yang tidak sanggup dipisahkan satu sama lain alasannya ialah saling mempengaruhi. Proses pertumbuhan ditandai dengan semakin besarnya ukuran tubuh (berat, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan lainnya); dan proses perkembangan yang ditandai dengan semakin bertambahnya kemampuan anak (koordinasi gerakan, bicara, kecerdasan, pengendalian perasaan, interaksi dengan oranglain, dan lain sebagainya). Kedua proses ini perlu dipantau, sehingga kalau ada kelambatan dalam proses tumbuh kembang sanggup segera diketahui dan diambil tindakan.
Anak yang tidak mendapat stimulasi psikososial menyerupai jarang diajak bermain, atau tidak mendapat lingkungan yang merangsang pertumbuhan otak akan mengalami kelambatan perkembangan dibanding anak seusianya yang mendapat cukup stimulasi. Kelambatan tersebut tidak saja dalam kecerdasan tetapi juga kuat terhadap pembentukan kepribadian anak.
Menurut penelitian, penyimpangan prilaku seorang anak sesudah remaja atau menjadi orang bakir balig cukup akal dilatarbelakangi oleh pengalaman “traumatik” yang diperolehnya pada ketika usia dini. Penyimpangan tersebut dalam bentuk hilangnya gambaran diri yang berakibat pada rendah diri, sangat penakut, dan tidak mandiri, atau sebaliknya terlalu garang dan tidak mempunyai rasa malu. Bentuk penyimpangan lainnya, dysplasia, sulit berkonsentrasi, autis, sulit memahami perintah, depresi, retardasi mental, sulit bersosialisasi, dan sulit mengendalikan perilaku.
Semua prinsip pendidikan hanya mungkin diwujudkan apabila proses pendidikan berlangsung dalam suasana bermain, baik bermain sambil berguru maupun berguru sambil bermain.
Bermain bagi anak merupakan berguru alasannya ialah dalam bermain seorang anak sanggup berinteraksi dengan orang lain untuk sanggup menemukan suatu proses pembelajaran.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara bahwa “Permainan itulah Pendidikan”. Azas ini diterapkan di “Taman Anak” dalam Taman Siswa yang diadaptasi dengan Metode Montessori.
Orangtua dan guru perlu menyadari bahwa bermain itu alat, sedang terbentuknya pribadi yang utuh ialah tujuan. Bermain ialah salah satu cara untuk membentuk kepribadian anak. Anak tidak menyadari dengan bermain beliau juga belajar.
Fungsi alat bermain ialah sebagai berikut:
- Melatih panca indera semoga anak peka terhadap sesuatu yang ada di lingkungannya.
- Melatih kecerdasan emosionalnya yang mencakup keyakinan, rasa ingin tahu, niat, kendali diri, keterkaitan dengan oranglain, kecakapan berkomunikasi, dan kreatif.
- Menanamkan nilai, norma, watak moral, akal pekerti, dan aspek lainnya (mengandung unsur pendidikan).
- Melatih kecerdasan intelektual anak (walaupun masih sederhana), sehingga ia mengenal konsep, pengertian yang eksklusif diterapkan, atau mengerti sesudah mempraktekkan alat bermain.
- Menanamkan nilai agama. Anak dibiasakan untuk mendengar, melakukan, dan mengerti sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangannya.
- Melatih keterampilan anak dengan alat bermain sehingga ia bisa mencoba, menyusun, mengangkat, menghitung, memindahkan, membalik, mendorong, dan melempar sesuai dengan fungsinya.
- Melatih keberanian, kepercayaan, kejujuran, kebanggaan, kreativitas, dan tanggung jawab anak.
- Mengembangkan fantasi, imajinasi, dan idealisme anak.
- Memperkenalkan dan membiasakan anak terhadap kesehatan, kebersihan, makan makanan bergizi, kedisiplinan, dan kemandirian.
- Melatih kerjasama, gotongroyong, toleransi, saling menghargai dan saling membutuhkan antar anak.
- Mengenal angka dan karakter yang merupakan tahap awal dalam pelajaran membaca, menulis, dan berhitung.
- Mengenal bentuk benda, warna, garis, dan benda yang berkhasiat bagi insan (udara, air, tanah, api, tanaman, dan binatang) melalui gambar, benda atau yang lain.
- Mengenal dan mengetahui rambu-rambu tau tanda yang berlaku di masyarakat (rambu-rambu lalulintas, listrik, rumah sakit, rumah makan, dan lain-lain).
- Membuat bahagia anak.
0 Response to "Pentingnya Rangsangan Psikososial Pada Anak"
Posting Komentar