Cara Mengatasi Macam-Macam Penyakit Pada Anak

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Ada beberapa jenis penyakit yang sering menyerang anak, baik yang sifatnya ringan maupun yang sangat berat dan sanggup berakibat parah bagi anak. Diantara penyakit yang sering kita jumpai diantaranya yaitu :
1. Batuk Rejan
Batuk rejan ini biasanya menyerang anak berumur kurang dari 2 tahun yang tidak dilindungi dengan imunisasi. Penyebab batuk ini yaitu bakteri bordetella pertussis, yang sanggup menular lewat percikan air liur, alasannya yaitu bakteri bersarang disaluran pernapasan atas. Diawali dengan tanda-tanda pilek yang aneh, alasannya yaitu disertai dengan mata berair, sedikit batuk dan demam tidak begitu tinggi. Seminggu kemudian timbul batuk yang khas, batuk beruntun dan diakhiri dengan helaan nafas dalam yang merinkik, lender kental sanggup keluar atau ditelan. Sebulan kemudian keadaan berangsur-angsur reda, namun batuk sanggup berkepanjangan hingga beberapa bulan.


Penyakit ini terasa berat pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dan tidak begitu membahayakan pada anak yang usianya diatas 2 tahun. Tetapi komplikasi sanggup sering terjadi jikalau bakteri mencapai pembuluh paru-paru, sehingga terjadi radang paru-paru (bronchopneumonia) atau sanggup pula gangguan pada otak. Pendarahan sanggup terjadi di dalam otak, kulit selaput lender dan bola mata, akhir batuk yang gencar, disamping kemungkinan terjadinya radang indera pendengaran tengah. Penderita yang berat perlu dirawat di rumah sakit.

2. Difteria
Penyakit ini terasa berat pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dan tidak begitu membahayakan pada anak yang usianya diatas 2 tahun. Tetapi komplikasi sanggup sering terjadi jikalau bakteri mencapai pembuluh paru-paru, sehingga terjadi radang paru-paru (bronchopneumonia) atau sanggup pula gangguan pada otak. Pendarahan sanggup terjadi di dalam otak, kulit selaput lender dan bola mata, akhir kerikil yang gencar, disamping kemungkinan terjadinya radang indera pendengaran tengah. Penderita yang berat perlu dirawat di rumah sakit. Penyakit ini sanggup timbul mendadak (akut) sekali. Penyebabnya alasannya yaitu kuman corynebacterium diphtheria yang gampang sekali menular melalui susukan pernapasan pecahan atas. Kuman difteria ini sanggup mati pada suhu 60 derajat celcius selama 10 menit, namun sanggup bertahan hidup dalam es, air, susu dan lendir bekas penderita yang sudah mengering. Jika bakteri ini dibiakan, sanggup tumbuh menjadi tiga jenis, jenis yang ganas, yang sedang dan yang ringan. Ini sesuai dengan tingkatan serangan penyakitnya yang ganas, sedang dan ringan yang masing-masing sanggup menentukan serangan pada tenggorokan, hidung, kerongkongan dan kulit, dengan derajat keparahan yang berbeda-beda. Yang paling berat jikalau penyakit menyerang tenggorokan, alasannya yaitu bakteri membantuk semacam membaran akan menutupi seluruh susukan tenggorokan, sehingga penderita tidak bias bernafas. Jika hanya mengenai sebagian dari susukan pernafasan dianggap bisul sedang dan ringan saja dimana serangan bakteri membantuk membran terbatas pada hidung atau rongga mulut. Selain membentuk membrane (Psudomembrance), bakteri difteri juga rajin memproduksi racun yang disemburkan ke dalam darah (eksotoksin), sehingga tanda-tanda penyakit difteria meliputi tanda-tanda umum bisul seluran pernafasan atas dan tanda-tanda akbat racunnya yang mengenai jantung, saraf, atau ginjal. Difteri pada hidung biasanya ringan, mirip pilek, namun ingus yang keluar sanggup bercampur darah, dan sanggup sembuh sesudah diobati secukupnya. Tetapi jikalau difteria menentukan serangan dikerongkongan atau kelenjar amandel (tosil), yang paling sering dijumpai mirip radang tenggorokan yang mungkin sanggup sembuh sendiri dan penderita menjadi kebal untuk selanjutnya. Jika penyakitnya berat, tanda-tanda faktual tampak sebagai pernafasan mirip mengorok, keluhan mirip radang tenggorokan, demam tidak tinggi, namun sanggup tampak adanya selaput putih kelabu di sekitar tenggorokan atau sekitar tonsil.


Serangan paling berat jikalau susukan nafas tertutup sama sekali oleh selaput membran sehingga perlu dibentuk lubang sebagai pintu darurat antara udara luar dengan paru-paru. Sebelum anak mati kehabisan oksigen. Operasi darurat tracheotomy inilah yang akan menyelamatkan anak dari ancaman ajal pertama. Ancaman ajal kedua muncul sesudah anak bebas dari sumbatan jalan nafas yang fatal, akhir komplikasi pada jantung, dan penderita mutlak perlu dirawat di rumah sakit. Komplikasi lainnya sanggup pada lumpuhnya langit-langit mulut, kelumpuhan otot mata sehingga juling atau gangguan penutupan kelopak mata, dan kelumpuhan otot wajah, leher dan anggota gerak sanggup menyusul atau bersamaan dengan kelumpuhan otot pernafasan, yang sanggup berakhir dengan kematian.


Cara mengobati difteria ini dengan Anti Difteria Serum (ADS) dengan dosis 20.000 unit, 2 hari berturut-turut. Untuk suntikan serum ini dibutuhkan uji kulit dan mata kalau penderita tidak tahan terhadap serum ini. Jika tidak tahan, cara pembasmian serum secara sedikit-sedikit (besredka). Untuk membasmi bakteri difteria yang bersarang, ditembakan antibiotika, biasanya golongan penisilin, selain obat golongan kortikosterid untuk menjinakan ancaman komplikasi, khususnya terhadap jantung dalam 3-4 ahad anak sakit. Itulah mengapa perawatan sekurang-kurangnya selama 4 ahad untuk mengamati kemungkinan komplikasi jantung dengan terus memonitornya dengan Elektro Kardiografi (EEG).

3. Tetanus
Penyakit tetanus ini sanggup terjadi pada bayi gres lahir atau tetanus neonatorum, sanggup terjadi pada belum dewasa maupun orang dewasa. Perawatan tali sentra yang kurang suci hama menjadi penyebab munculnya penyakit tetanus pada bayi gres lahir, dengan angka ajal terlalu tinggi. Kuman clostridium tetani yang hidup berspora di tanah,debu dan susukan cerna insan penderita dan binatang menghasilkan racun. Berbeda dengan racun bakteri difteria, racun bakteri tetanus hanya menyerang system saraf, sehingga timbul tekanan kejang-kejang dan kekakuan otot-otot pecahan tubuh tertentu. Bagi bayi-bayi gres lahir dan anak masih menyusu ibunya, Serangan tetanus ditandai dengan ganguan mengisap, alasannya yaitu ada ganguan pada otot-otot pengunyah. Bayi tak mau mengisap, tampak kaku, dan pada anak yanga lebih basar mulutnya mencucu, mirip lisan ikan karper sebelum kejang-kejang yang muncul. Pemberian Anti Tetanus Serum (ATS) berpacu dengan seberapa banyak  racun teteanus sudah terikat dengan serabut saraf, kareana racun yang sudah terikat tak mungkin ditawarkan oleh serumnya. Lebih cepat lebih baik dan keselamatan nyawa anak tertolng. Gangguan menelan, kekakuan pada leher,lengan dan tungkai, hingga kejang-kejang sehingga terjadi kekakuan andal pada mulut, alasannya yaitu ketidak mampuan membuka lisan (trismus) yang diertai dengan kekakuan otot-otot wajah (meringis terus-menerus) dan alis mata tertaraik ke atas (risus sardonicus).


Dengan adanya kekakuan otot-otot dinding perut, leher dan pungggun sanggup menimbulkan keadaan kejang yang khas (ophisthotonus), dalam keadaan terlentang anak mengejang, perut terangkat melengkung ibarat busur panah, alasannya yaitu pecahan punggungnya tak melekat dengan ganjal tidurnya. Kematian biasanya terjadia akhir kelumpuhan otot pernafasn .Penderita amat gelisah, mata tak tahan melihat cahaya, bunyi gaduh membangkitkan kejangnya. Tindakan tracheostomy perlu juga dilakukan (seperti pada difteria)jika ganguan jiwanya mengancam jiwanya.

4. Tuberxulosis

Tuberxulosis atau Penyakit TBC ditandai dengan adanya tanda-tanda kelemahan tubuh yang umum, tidak mau makan, tubuh semakin kurus, sedikit batuk, dan demam ringan. Penyakit gres diketahui jikalau komplikasi sudah muncul, atau penyakit paru-paru sudah meluas dikedua belah paru-paru, jikalau bukan alasannya yaitu munculnya radang otak dengan tanda-tanda kejang dan anak tak sadar. Anak balita rentan sekali terhadap bakteri mycobacterium tuberculosis. Serangan pertama bakteri membentuk suatu noktah khusus di dalam paru-paru yang pada bisul ulangan, menimbulkan kerusakan paru-paru yang khas pula.
Dalam keadaan berat, anak yang mengidap penyaki TBC mengalami batuk tak sembuh-sembuh. Ada sesak nafas, dan pertumbuhan terhambat, sebelum komplikasi muncul pada susunan saraf pusat, tulang, ginjal atau meluas dikedua belahan paru-paru. Serangan sanggup mengakibatkan komplikasi ke otak yang berakibat cacat kebutaan, kelumpuhan, tuli, atau kerusakan saraf otak lainnya seumur hidup. Setiap diagnosa mengenai penyakit ini, tes mantoux dikerjakan dengan cara menyuntikan zat protein khusus ke dalam kulit di pecahan bawah anak, dan beberapa hari kemudian gres sanggup dibaca hasil penyuntikan tersebut. Jika lebar bekas suntikan lebih dari sepuluh mm ukurannya, positif anak mengidap penyakit TBC. Untuk memperjelas dilakukan dengan tindakan foto rontgen paru-paru. Jika sudah positif seratus persen maka tindakan selanjutnya harus dilakukan pengobatan yang disiplin baik terhadap anak yang terinveksi maupun pencegahan penularan terhadap lingkungannya. Pengobatan dilakukan dengan serius dengan pengobatan terus-menerus hingga paru-paru penderita higienis dari TBC yang kadang sanggup memakan waktu usang hingga 2 hingga 3 tahun lamanya, di tahap selanjutnya anak diberikan IMH minimal 2 tahun. Jika tes mantoux negatif (kurang dari 5 mm), diberikan vaksin BCG apa bila anak belum pernah diberikan. Kemudian, Tes mantoux diulang setiap 6-8 minggu, untuk memantau kemungkinan terjangkitnya penyakit.

 
Pada dasarnya penyakit TBC tidak mematikan, tetapi penyakit ini sanggup menimbulkan komplikasi yang memperburuk keadaan pasien jikalau tidak diobati dengan serius. Untuk kesembuhan pasien selain pengobatan, faktor masakan bergizi sangat menentukan kesembuhan penderita, disamping itu juga faktor kebersihan dan kesehatan lingkungan tinggal, mirip ventilasi udara rumah yang memadai dan pencahayaan sinar matahari masuk, pengobatan yang diberikan berbulan-bulan harus rutin terus menerus tanpa henti seharipun. Kuman TBC sanggup kebal terhadap obat antibiotik yang umum digunakan alasannya yaitu kurang disiplinnya penderita berobat.

5. Poliomyelitis

Penyakit ini terbanyak diderita oleh anak yang berumur kurang dari empat tahun di negara berkembang, dan pada usia yang lebih renta di negara yang bersih. Semakin higienis suatu Negara semakin kecil kemungkinan terkena polio. Jika pun ditemukan, mungkin terjadi pada orang dewasa. Anak kurang dari 6 bulan jarang terjangkit alasannya yaitu masih memiliki kekebalan alamiah dari ibunya. Dalam wilayah yang mewabah, penyakit ini sanggup ditemukan hamper pada seluruh anak balita, baik yang manifestasi maupun yang tidak bergejala, namun telah menimbulkan kekebalan.
Virus polio tergolong virus yang hidup di usus dengan tiga tipe. Tipe pertama paling ganas, tipe kedua sering muncul sporadic, dan tipe ketiga ringan, yang masing-masing tipenya sanggup bertahan berbulan-bulan dalam air, kebal terhadap materi kimiawi, dan hanya mati oleh pengeringan panas. Satu-satunya tempat bersarang yaitu ditubuh manusia. Virus juga sanggup berada disampah atau lalat. Serangan polio tidak terlalu berakibat fatal. Jika system pertahanan tumbuh anak baik, serangan virus hanya akan menciptakan tubuh terangsang menciptakan zat antinya, tanpa adanya tanda-tanda berarti yang muncul. Jika tubuh tidak bisa menciptakan zat antinya maka virus akan mengganas, menyebar menyerang sel-sel saraf sentra yang sanggup mengakibatkan kelumpuhan seumur hidup, alasannya yaitu ajal sel saraf pelopor pecahan bawah. Ada tujuh kawasan saraf otak yang sanggup diserang oleh virus polio dengan akhir yang berbeda-beda.
Sesuai dengan tipe virus yang menyerang, daya tahan tubuh serta kemampuan menciptakan zat antibody, wujud klinis penyhakit polio sanggup menentukan empat macam. Infeksi yang ringan sekali tanpa tanda-tanda yang berarti terjadi masa wabah, hampir seluruh populasi, sehingga terbentuk kekebalan alamiah saja. Wujud kedua hanya ada gejela bisul virus umumnya mirip dengan influenza, dengan gangguan susukan pencernaan. Oleh alasannya yaitu itu bisul sanggup diketahui dengan cara menemukan virusnya di jaringan tubuh penderita. Penyakit polio tidak selalu menimbulkan kefatalan atau kelumpuhan. Gejala polio tanpa kelumpuhan hanya sanggup menimbulkan keluhan nyeri kepala, mual-mual, mutah, dan nyeri otot. Adapun nyeri otot biasanya ditemukan pada pecahan tubuh yakni batang leher pecahan belakang, punggung, dan tungkai.


Wujud terakhir dari penyakit polio muncul sebagai kelumpuhan otot atau beberapa pecahan anggota gerak hingga ke pecahan otak, sebagai kelumpuhan seumur hidup. Pada daerah-daerah pecahan anggota tubuh yang endemis virus ini sanggup memunculkan tanda-tanda tertentu alasannya yaitu tindakan pengobatan pecahan lain. Misalnya pada operasi amandel, penyuntikan atau pencabutan gigi  anak sanggup menjadi lumpuh. Anak yang menjadi lumpuh bukan alasannya yaitu suntikan atau operasi dan pencabutan gigi, tapi alasannya yaitu anak sebelumnya sudah menderita virus polio yang sudah menyebar ditubuhnya.

6. Campak 
Campak yaitu suatu penyakit yang sudah dicegah semenjak bayi, penyebabnya juga berasal dari virus, yang memasuki susukan pernafasan pecahan atas. Gejala-gejala yang tampak dalam penyakit campak biasanya berasal dari batuk, pilek kemudian timbul bercak merah pada kulit dan kemudian sembuh dengan sendirinya. Virus ditularkan lewat percikan air liur yang keluar akhir batuk penderita. Gejala campak ini diawali dengan batuk, pilek, mata merah berair, tidak tahan melihat cahaya, dan banyak ingus keluar yang berlangsung selama 5-9 hari.
Pada vase selesai dari tanda-tanda batuk pilek selanjutnya muncul bercak komplek pada selaput lendir perut erat geraham bawah yang khas. Penyakit campak disusul kemudian dengan bercak merah, ruam kulit, dimulai dibagian belakang daun telinga, atas tengkuk, dan pecahan belakang pipi. Dalam dua hari bercak merah menjalar ke wajah menuju lengan atas dada, kemudian ke punggung, dilanjutkan ke perut dan hasilnya ke tungkai. Bercak akan hilang sesuai dengan urutan munculnya.

Komplikasi sanggup terjadi dengan indikasi radang indera pendengaran tengah, radang otak dan radang pembuluh paru-paru bronkhopneumonia. Pada belum dewasa yang mengalami kekurangan gizi tanda-tanda penyakit ini juga sanggup mengakibatkan kematian. Seperti halnya penyakit polio, campak juga belum ada obatnya, adapun obat-obatan yang diberikan sifatnya hanya untuk meredakan tanda-tanda dan mencegah timbulnya komplikasi dengan memulihkan kondisi penderita. Zat anti gama-globulin  sanggup disuntikkan untuk menambah daya tahan pada tubuh anak yang menderita campak.

Cara Pencegahan Penyakit Anak

Semua penyakit di atas sanggup dicegah menyerang anak kita dengan pemeliharaan kesehatan yang baik dengan menerapkan PHBS yang sesuai dengan setandar dinas kesehatan. Pemberian imunisasi pada anak harus dilakukan dengan benar dan teliti semenjak bayi berumur 2 bulan dengan menyuntik dan minum sirup polio. Imunisasi diberikan berseri untuk Difteria Portusis Tetanus (DPT), supaya terbentuk kekebalan yang lengkap dan penuh. Makara manfaat imunisasi yaitu sumbangan kekebalan supaya bayi tidak gampang tertular penyakit, hepatitis B, tuberchulosa, difteria, batuk rejan, tetanus, polio dan campak. Berikan imunisasi sedini mungkin secara lengkap untuk mencegah timbulnya berbagia penyakit tersebut. Pemberian imunisasi ini sebagai pembentukan zat anti pada anak yang secara sedikit demi sedikit akan tepat jikalau diberikan tepat waktu sebelum anak berumur 14 bulan.

Imunisasi dasar ini memerlukan pengulangan untuk memperbaharui kembali kekebalan yang dpernah terbentuk dan mulai menurun, khususnya untuk difteria dan tetanus sert TBC. Pada Ibu hamil dan perempuan usia reproduksi juga perlu diberikan vaksinasi tetanus supaya bayi yang akan dilahirkan lebih kebal terhadap ancaman tetanus tali pusar waktu lahir. Imunisasi yang sanggup diberikan pada bayi itu dilakukan enam kali yaitu ;
Pertama, umur 0 bulan diberikan imunisasi HB 1, BCG, Polio 1.
Kedua, umur 2 bulan diberikan imunisais HB2, DPT1, Polio2.
Ketiga, umur 3 bulan diberikan imunisasi DPT2, Polio3.
Keempat, umur 4 bulan diberikan imunisasi DPT3, Polio4.
Kelima, Umur 6 bulan diberikan imunisasi HB3.
Keenam, umur 9 bulan diberikan imunisasi campak.


Referensi :
Edi Sigar, Ernawati, Buku Pintar Wanita, Dabara Begawan Jakarta, 1989.
Depkes RI, Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Departeman Kesehatan RI, Jakarta, 1997.
Dr. Mansur, M.A, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2007


Sumber https://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Cara Mengatasi Macam-Macam Penyakit Pada Anak"

Posting Komentar