Penanaman Budpekerti Dan Adat Pada Anak

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Penanaman moral dan moral pada anak. Sudah bukan diam-diam umum lagi setiap hari dipertontonkan oleh aneka macam media televisi melalui siaran berita, banyak masalah tawuran, serta aneka macam modus tindak kriminal yang sering menimbulkan jatuhnya korban. Apakah itu korban luka-luka bahkan ada yang hingga berujung pada kematian. Tragisnya usia para pelaku yang masih berstatus pelajar. Bahkan banyak di antara mereka yang masih duduk di kursi SD. Timbul banyak pertanyaan dalam pikiran kita, “Ada apa dengan anak bangsa ini?”  Untuk itu marilah kita selaku orang bau tanah serta guru yang memang mempunyai kewajiban berperan sebagai pendidik untuk merenungkan sejenak permasalahan dan fenomena bawah umur kita ini, sehingga pada kesannya sanggup tumbuh rasa kepedulian serta keinginan untuk ikut serta merubah wajah anak negeri ini yang dimulai dari keluarga kita sendiri dirumah.

Setiap anak yang tumbuh dan berkembang sebelum ia mengalami proses pendidikan di sekolah, sejatinya berasal dari rumah daerah ia menjalani hari-harinya bersama keluarga. Sebab itu orang bau tanah tentu memegang kiprah yang sangat penting dalam hal pendidikan anak, walaupun ada beberapa kondisi yang menimbulkan anak tidak bisa mendapat pendidikan dari orang tuanya, menyerupai anak yatim piatu semenjak lahir, anak yang dibuang oleh orang tuanya dll. Tetapi dalam kondisi normal, orang bau tanah merupakan pendidik anak yang pertama dan utama. Bahkan dalam Al-Qur’an serta Sunnah banyak sekali ditegaskan wacana pentingnya mendidik anak bagi para orang tua. Anak yang terdidik dengan baik oleh orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang berilmu menjaga dirinya dari imbas jelek lingkungan, sebab ia telah dibekali oleh ilmu wacana hidup dan kehidupan yang di dalamnya terdapat ilmu yang paling bermanfaat yaitu ilmu agama.

Banyak sekali sekolah-sekolah yang memfasilitasi kita untuk menjadi menyerupai apa yang kita cita-citakan walaupun tidak selalu terwujudkan, ingin menjadi dokter ada sekolahnya, ingin menjadi guru juga ada sekolahnya begitupun dengan Profesi lain. Tetapi adakah sekolah untuk menjadi orang tua? Padahal setinggi apapun karier kita dalam profesi tertentu, sejatinya kita akan tetap menjalani fitrah yang sama yaitu menjadi orang tua, walaupun tidak semua orang ditakdirkan Tuhan SWT untuk sanggup mempunyai anak, maka bersyukurlah bagi kita yang diamanahi Tuhan SWT bawah umur yang menjadi penyejuk mata dan harapan di masa yang akan datang.

bukan diam-diam umum lagi setiap hari dipertontonkan oleh aneka macam media televisi melalui si Penanaman Moral dan Akhlak Pada AnakSetiap orang bau tanah harus senantiasa berguru wacana ilmu mendidik anak sebab tidak ada Sekolah khusus untuk menjadi orang tua. Tetapi banyak sekali yang sanggup memfasilitasi hal itu kalau kita bersungguh-sungguh ingin berguru menjadi orang bau tanah yang baik, terutama di zaman ini dimana perkembangan ilmu dan teknologi begitu cepat dan bisa menembus ruang dan waktu. Orang bau tanah yang mempunyai bekal ilmu dalam mendidik anak akan sadar wacana pentingnya pendidikan anak semenjak usia dini bahkan semenjak anak masih berada di dalam rahim ibu, bahkan berdasarkan penelitian, kondisi ibu ketika hamil sangat mensugesti moral anak, bila ibu bisa menjaga diri dari makanan-makanan yang tidak halal dan juga perilaku-perilaku yang tidak terpuji Insya Tuhan anak yang lahir akan menjadi anak yang sholeh. Karena tidak ada bayi yang terlahir kecuali suci, namun ia mencontoh dari orang tua, tontonan televisi/media, guru dan lingkungan pergaulannya.

  • PERAN AYAH
Selain faktor kondisi ibu, ada hal lain yang tak kalah pentingnya dalam pendidikan anak semenjak dini yaitu kiprah ayah yang merupakan patner ibu dalam membentuk generasi yang tangguh dalam menghadapi tantangan zaman. Sejak anak masih berada dalam kandungan, kiprah suami dalam memberi pertolongan serta kasih sayang pada istrinya sanggup mensugesti kondisi kehamilan, bayi yang berada dalam kandungan ibu pun harus diajak berinteraksi oleh ayah dan ibunya sebagai tahap awal dalam mendidik anak. Selain itu memperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an juga terbukti dapat meningkatkan kecerdasan anak terutama kecerdasan emosi dan spiritual.

Dalam kegiatan Make Indonesia Strong from Home, seorang pemerhati anak yang biasa di panggil Ayah Edy, mengajak kita untuk membentuk masyarakat yang beradab dengan dimulai dari rumah kita masing-masing, dengan cara mendidik diri kita untuk menjadi orang bau tanah yang sanggup mendidik bawah umur kita secara benar, menjalankan kewajiban-kewajiban kita sebagai orang bau tanah dan menawarkan apa yang menjadi hak bawah umur kita. Ternyata banyak sekali faktor yang menimbulkan terjadinya masalah-masalah anak diantaranya kondisi rumah yang tidak serasi dimana orang bau tanah mereka tidak sanggup menjadi daerah yang nyaman bagi mereka untuk mereka menyebarkan rasa. Bahkan tidak jarang dari mereka yang mendapat kekerasan dari orangtuanya baik itu secara fisik maupun secara psikis dan lebih memprihatinkan lagi diantara mereka pun mendapat kekerasan seksual dari orangtuanya.

Hal-hal itulah yang membuat huruf mereka menjadi cenderung bahagia berbuat kekerasan, sebab merekapun dibesarkan dengan kekerasan, jadi ada semacam pelampiasan di mana mungkin mereka tidak sanggup melampiaskannya kepada orang bau tanah yang telah memperlakukan mereka dengan kekerasan maka mereka melampiaskannya kepada orang lain. Padahal Rasulullah yaitu insan yang bersikap lemah lembut terutama pada anak-anak.

Kekerasan yang di terima anak dari orang tuanya di rumah sanggup menjatuhkan harga diri anak sehingga membuat mereka mencari penghargaan dari lingkungan di luar rumah terutama dari teman-teman. Mereka menjadi pribadi yang ringkih dan labil, gampang terpengaruh dan melaksanakan apapun biar mendapat legalisasi akan eksistensi mereka. Merokok biar dibilang hebat, bergabung dengan sebuah komunitas biar dibilang gaul, berpenampilan absurd biar di bilang trendy, hingga terjerumus dalam narkoba yang dianggap sanggup membuat segala duduk masalah mereka menjadi hilang, dan pergaulan bebas untuk mencari kasih sayang yang tidak mereka dapatkan di rumah kemudian kesannya berzina untuk mendapat kenikmatan sesaat. Naudzubillah.

Lingkungan yang jelek membentuk anak menjadi seorang yang berkarakter buruk, menuntaskan duduk masalah dengan kekerasan, dan dengan kekerasan mereka menganggap duduk masalah akan selesai padahal kekerasan yang dilakukan akan menimbulkan kekerasan yang lain. Sebagai referensi yaitu masalah tawuran yang kini ini marak terjadi, kebanyakan pemicunya yaitu kekerasan yang dilakukan baik itu berupa bullying yang diterima oleh seseorang baik itu berupa ejekan, hinaan, maupun kekerasan fisik yang berujung timbulnya rasa solidaritas dari komunitas orang itu untuk melaksanakan pembalasan terhadap apa yang dilakukan pada sahabat mereka kemudian terjadilah penyerangan yang selalu berkelanjutan. Andai mereka tahu bahwa kekerasan tidak pernah sanggup menyelasaikan duduk masalah bahkan hanya membuat duduk masalah yang baru.
  • PERAN GURU
Begitupun dengan pentingnya kiprah guru dimana bawah umur itu bersekolah, begitu kagetnya kita ketika melihat di televisi ada oknum guru yang melaksanakan kekerasan pada anak didiknya ditambah sistem pendidikan yang terlalu fokus pada nilai ujian ketimbang penanaman nilai akhlak. Guru yang seharusnya menjadi orang yang di gugu dan ditiru terkadang belum memahami betapa mulia kiprah yang di embannya yaitu sebagai pendidik generasi.

Selama ini banyak dari para guru hanya menjalankan tugasnya sebagai pengajar bukan sebagai pendidik. Bagi mereka yang terpenting sasaran kurikulum sudah mereka sampaikan pada anak didik tanpa memberi ruh pada setiap apa yang mereka sampaikan. Karena itu negeri ini merindukan hadirnya guru-guru menyerupai bu Muslimah dalam Film Laskar Pelangi, Ustadz Salman dalam Negeri Lima Menara dan guru-guru lain yang ternyata ada dalam kehidupan faktual dan bisa menginspirasi bawah umur didik mereka tuk menjadi sukses.

Tampaknya pemerintah pun perlu berguru dari negeri-negeri lain menyerupai Jepang yang begitu menghargai profesi guru sehingga dibutuhkan dengan penghargaan yang layak, guru-guru negeri ini sanggup termotivasi tuk lebih maksimal lagi dalam meningkatkan kualitas diri mereka sebagai pendidik dan tak lagi sibuk berdemo untuk meminta kenaikan honor sebab kesejahteraan hidup mereka yang kurang, sementara itu bawah umur murid mereka menjadi terbengkalai hak-haknya untuk mendapat pendidikan.

  • UAN MEMBUAT STRES
Wajah bawah umur negeri inipun dipenuhi dengan beban-beban psikis tak hanya mereka dapatkan dari rumah tetapi dari sekolah yang menerapkan sistem Ujian Akhir Nasional (UAN) yang membuat mereka stres, kalau dibandingkan dengan negara Finlandia yang merupakan negara dengan sistem pendidikan terbaik No 1 sedunia. Maka Indonesia harus berguru bagaimana negara Finlandia menerapkan ujian nasional berupa ujian moral bukan ilmu pengetahuan umum menyerupai di negara kita. Untuk Ilmu Pengetahuan Umum, pemerintah mereka menyerahkannya kepada sekolah masing-masing sebab dianggap sekolahlah yang paling mengetahui sejauh mana bahan yang telah disampaikan oleh para guru dan sejauh mana kemampuan anak didik mereka.

Tetapi sistem pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah Finlandia sangat kuat pada huruf warga negaranya, di Finlandia kalau mereka tidak sengaja menyenggol orang ketika sedang berjalan maka mereka akan pribadi meminta maaf bandingkan dengan di negara kita banyak masalah perkelahian yang terjadi hanya sebab tidak sengaja menyenggol seseorang. Untuk urusan tindak kriminal pun di Finlandia mempunyai presentase yang terendah, bahkan katanya walaupun kita memparkir kendaraan kita tanpa menguncinya, kita tetap merasa aman. Subhanallah, bukankah wajah negeri menyerupai itu yang seharusnya menjadi wajah Indonesia dimana lebih banyak didominasi warganya beragama Islam?

Mari perhatikan bawah umur yang harus mengikuti sistem pendidikan negara ini, menjelang UAN mereka tampak stress, aneka macam ritual mereka ikuti mulai dari teriak massal yang diyakini sanggup membuang stress dan membuat rasa lega, bahkan diantara mereka mengikuti ritual yang bernuansa klenik. Tidak selesai di situ, pada ketika UAN tiba beberapa sekolah ketahuan sedang menawarkan contekan demi meluluskan anak didiknya. Bagaimanakah bawah umur negeri ini sanggup menjadi wajah penuh kebaikan kalau hidup dalam lingkungan yang keras dan penuh ketidak jujuran, orang bau tanah dan guru yang mestinya menjadi teladan kebaikan tetapi malah mengajarkan hal yang sebaliknya.

Masih lekat dalam ingatan kita tawuran yang terjadi antara pelajar Sekolah Menengah kejuruan Kartika Zeni dan Sekolah Menengan Atas Yayasan Karya 66 . Akibat tawuran itu satu orang pelajar tewas. Beberapa tersangka tawuran berhasil diamankan oleh pihak berwajib, ketika Menteri Pendidikan M.Nuh bertanya kepada salah seorang pelaku pembunuhan wacana bagaimana perasaannya, dengan santainya ia menjawab “ saya puas telah membunuhnya.” Satu hal lagi yang perlu kita ketahui, bahwa pelaku tawuran yang membunuh rekannya sesama pelajar di Bulungan merupakan siswa yang semasa Sekolah Menengah Pertama selalu mendapat peringkat pertama di sekolahnya. Ternyata kepintaran siswa/I kita tidak lantas menjadikan mereka pribadi yang berakhlakul karimah.

Semua duduk masalah yang terjadi pada bawah umur negeri ini bagaikan mata rantai yang saling berkaitan satu sama lain. Karenanya sebagai orang tua, guru dan juga pemerintah harus saling mendukung dalam hal pendidikan anak. Peran orang bau tanah yaitu menjadi pendidik anak yang utama, dan harus diingat bahwa mendidik anak bukan hanya kiprah seorang ibu, tetapi kehadiran seorang ayah dalam hal mendidik anak juga tidak kalah pentingnya. Bukankah di dalam Al-Qur’an begitu banyak ayat-ayat yang mengabadikan dongeng para ayah yang mendidik anaknya untuk senantiasa beribadah kepada Tuhan SWT diantaranya dongeng Lukman dengan anaknya serta Nabi Ibrahim as dengan Nabi Ismail as anaknya.

Tidak sedikit bawah umur yang kehilangan figur seorang ayah, dan sesungguhnya kebanyakan bagi anak ayah merupakan sosok yang harus ditakuti. Sudah menjadi fenomena umum dimasyarakat figur seorang ayah menempatkan diri hanya sebagai pemberi nafkah dan orang yang mempunyai kekuasaan atas istri dan anak-anaknya didalam keluarga, dan bukan sebagai orang yang dijadikan teladan yang juga bisa menjadi sahabat untuk menyebarkan sehingga tercipta suasana penuh keakraban yang membuat anak merasa kondusif dan nyaman.

Ibu dan ayah hendaknya selalu meluangkan waktu membuka komunikasi dengan anak, mendengarkan pendapat serta perasaan anak, berdiskusi dengan anak wacana sikap baik dan jelek serta konsekuensinya, dan semua itu harus dikemas dalam nilai-nilai agama yang berorientasi pada akhirat.

Sebagai orang tuapun hendaknya menjadikan rumah sebagai daerah dimana anak merasa nyaman sehingga kemanapun anak pergi, ia sanggup mencicipi kerinduan untuk kembali ke rumah sebab di rumah ia mendapat apa yang ia butuhkan, dan rumah yang ternyaman yaitu rumah yang senantiasa menghadirkan Tuhan SWT di dalamnya, rumah yang menjadi Baiti Jannati, nirwana sebelum nirwana yang sebenarnya. Jika orang bau tanah selalu menghadirkan Tuhan SWT dalam diri anak, maka anak akan selalu mencicipi pengawasan Tuhan SWT dalam setiap tindak tanduknya.

Karena itu sebagai orang bau tanah marilah kita sama-sama memperbaiki pola asuh kita, anak yaitu amanah Tuhan SWT yang akan kita pertanggung jawabkan di hadapanNya kelak. Begitupun kiprah guru yang menjadi pengganti orangtua di sekolah, guru pun mempunyai kiprah penting dalam membentuk moral anak didiknya dan pemerintah harus menawarkan perhatian yang besar dalam memperbaiki sistem pendidikan yang lebih ramah anak dan lebih menitik beratkan kepada nilai-nilai moral dan akhlak.

Sumber http://tipscaramendidikanak.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Penanaman Budpekerti Dan Adat Pada Anak"

Posting Komentar