Melatih Anak Menjadi Penulis

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
 bagi aku bukan hanya sekedar hobi atau kegemaran Melatih Anak Menjadi Penulis
Menulis, bagi aku bukan hanya sekedar hobi atau kegemaran. Menulis yaitu bab dari perjalanan hidup yang ingin aku bagikan juga kepada orang-orang di sekitar saya, termasuk anak tercinta dan murid-murid yang dulu aku ajar. Latar akademik aku memang bukan pendidikan Bahasa atau Sastra. Namun dari pengalaman mengajar bahasa Indonesia di sebuah sekolah dasar dan menjadi pelatih klub menulis kreatif di sekolah yang sama, aku mendapat pencerahan bagaimana melatih anak menjadi penulis, bahkan di usia yang sangat muda.
Pertama, sebetulnya kita sudah bisa melatih anak menjadi penulis, bahkan sebelum anak memiliki atau menguasai kemampuan menulis karakter sekalipun. Lho, kok bisa?
Dasar penting menjadi seorang penulis yaitu kekayaan wangsit dan kemampuan menciptakan kisah dengan alur yang menarik. A good writer is a good storyteller.
Kemampuan ini sudah bisa diasah semenjak anak sudah cukup lancar berbicara, sekitar usia tiga tahun atau tingkat prasekolah. Cara stimulasinya pun tidak rumit. Sebuah kebiasaan sederhana berupa dongeng atau kisah sebelum tidur bisa menjadi metode training yang patut dicoba.
Pertama, urban mama sanggup mencoba modifikasi bedtime stories session dengan menanyakan pendapat anak perihal kisah atau tokoh-tokohnya. Selain itu, minta anak menciptakan lanjutan kisah sendiri, atau sesekali bergantian dengan anak yang menjadi si pencerita. Kunci suksesnya, berpikirlah terbuka. Beri apresiasi terhadap setiap respons dan wangsit anak, meskipun ceritanya terdengar konyol atau tidak masuk akal. Tak ada yang punya fantasi menarik dan out of the box selain bawah umur itu sendiri.
Kedua, gunakan gambar sebagai pelopor wangsit kisah anak. Minta anak untuk bercerita, membentuk alur yang teratur. Sebagai awal, bisa gunakan rumus 5W + 1Hwho (siapa saja karakter/tokoh kisah dan menyerupai apa sifatnya), when (latar waktu cerita), where (latar daerah cerita), what (masalah atau konflik dalam cerita), why (mengapa masalah tersebut terjadi), dan how (bagaimana masalah sanggup diselesaikan). Kenalkan dahulu penceritaan dengan alur maju, supaya anak tidak bingung. Alur maju terdiri atas perkenalan atau pembukaan, adanya konflik atau masalah, titik puncak ketika konflik mencapai puncaknya (alias bab paling seru dari cerita), dan penyelesaian di mana konflik terselesaikan.
Ketiga, ketika anak sudah bisa fasih bercerita lisan, perkenalkan anak untuk menciptakan kerangka kisah secara tertulis. Caranya? Gunakan mind mapMind map atau ‘jejaring ide’ yaitu diagram kumpulan ide-ide yang dibuat dari kata-kata kunci, disusun dari kata yang bersifat umum menjadi hal yang lebih detil atau spesifik. Formatnya bisa berupa kumpulan kata, atau gambar.


Mind map dapat dipakai mulai dari menyusun dasar kisah (menggunakan acuan 5W + 1H tadi), pembuatan tokoh dan karakterisasinya, hingga alur kisah (perkenalan, konflik, klimaks, penyelesaian).
Satu hal penting, biasanya anak lebih gampang mengungkapkan pikiran melalui visualisasi, baik gambar maupun konkret. Jadi, selalu gunakan gambar, foto, video, atau barang nyata sebagai alat bantu ajar.
Keempat, perkenalkan anak dengan kata-kata bantu yang menjadi inti cerita. Tunjukkan juga persamaan kata (sinonim) atau kata-kata lain yang sanggup menjadi padanannya serta kapan padanan tersebut sanggup disematkan dalam kalimat. Di sini kita memperkaya perbendaharaan kata (vocabulary) mereka dan menciptakan pilihan kata menjadi bervariasi sehingga kisah lebih menarik ketika dibaca. Kamus, baik buku ataupun elektronik, baiknya disiapkan untuk membantu anak mencari makna kata. Jika perlu, gunakan juga kamus idiom atau ungkapan, khususnya bagi anak usia sekolah dasar yang sudah mulai mempelajari bahan bahasa yang lebih kompleks.
Kelima, berikan batas jumlah kata atau kalimat ketika anak berguru menulis cerita. Tujuannya biar anak berlatih untuk mengatur kisah supaya cukup terjelaskan, namun juga tidak dipanjang-panjangkan. Padat dan menarik. Cerita menyerupai ini yang menarik hati minat kita untuk membacanya, bukan?
Pendekatan yang keliru di banyak sekolah yaitu anak dikritisi menurut hal teknis dan tata bahasa. Akibatnya, mereka terfokus pada benar-tidaknya penggunaan karakter kapital, tanda baca, dan kawan-kawan, tanpa menggali wangsit dan memperkaya pilihan kata.
Oleh karenanya, sesudah anak lancar menciptakan kisah barulah diajarkan hal-hal teknis menyerupai karakter kapital, tanda baca, struktur kalimat, dan aneka tata bahasa lainnya.
Selain itu, seorang penulis akan menjadi semakin baik kemampuannya ketika ia rajin membaca banyak sekali sumber referensi. Semangati anak untuk menumbuhkan kebiasaan membaca buku. Satu buku satu hari. Panjang atau pendek, tamat atau tidak selesai, bukan persoalan. Akan lebih baik lagi jikalau anak melahap banyak sekali genre tulisan, baik fiksi maupun non fiksi, dari banyak sekali jenis penulis, termasuk penulis-penulis muda seusia mereka.
Menjadi seorang penulis andal, perlu proses dan kerja keras, meskipun bukan hal mustahil. Dengan lahirnya banyak penulis cilik dan muda, angin segar kebangkitan sastra Indonesia pasti akan berhembus sedari kini.

Sumber http://tipsparenting2016.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Melatih Anak Menjadi Penulis"

Posting Komentar