Kenapa Kita Harus Mengenal Rasul? Apa Makna Beriman Kepada Rasul?

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST (Makalah Studi Dasar Islam, Jumadats Tsani 1428 H) Serial 1 dari Mengenal Rasul shallallahu alaihi wa sallam antara yang mengasihi dan melecehkan 

Sesungguhnya, alam kubur yaitu daerah persinggahan alam abadi yang pertama. Jika seseorang selamat di dalamnya, maka yang sesudahnya lebih gampang baginya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

الْقَبْرُ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ 
”Kubur yaitu daerah persinggahan alam abadi yang pertama. Barangsiapa yang selamat darinya, maka jenjang berikutnya akan lebih mudah. Dan barangsiapa yang tidak selamat darinya, maka sesudahnya akan lebih berat.” (HR. Ahmad) 

 dari Mengenal Rasul shallallahu alaihi wa sallam antara yang mengasihi dan melecehkan Kenapa Kita Harus Mengenal Rasul? Apa Makna Beriman Kepada Rasul?
Di dalam kubur nantinya, seorang hamba akan ditanyai tiga masalah yaitu (1) siapa Rabbmu, (2) apa agamamu, dan (3) siapa nabimu. Seorang mukmin akan begitu gampang menjawab pertanyaan tersebut sebab Allah-lah yang mengokohkan dia. Adapun, orang munafik atau ragu dalam keimanannya akan berkata,”Hah! Hah! Aku tidak tahu, saya mendengar insan berkata demikian, saya pun ikut mengatakannya! Maka orang yang demikian akan dipukul dengan tongkat dari besi. Semua makhluk akan mendengarnya kecuali manusia. Seandainya insan mendengar kejadian, sungguh mereka akan jatuh pingsan. (Lihat at-Tanbihaat al-Mukhtashoroh Syarh al-Wajibat al-Mutahattimat al-Ma’rifah ’ala kulli muslim wa muslimah, Ibrahim bin Syaikh Sholih bin Ahmad al-Khurashi, hal. 15) 

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Qotadah, dari Anas bin Malik berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,” 

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ قَالَ يَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ قَالَ فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ قَالَ فَيُقَالُ لَهُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ النَّارِ قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا 
“Sesungguhnya seorang hamba apabila dimasukkan dalam kuburnya, dan para kerabatnya telah meninggalkannya, maka sungguh, beliau akan mendengar suara (kepergian) sendal mereka. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”(Pada dikala itu, pen), dua malaikat mendatanginya, kemudian mendudukinya, dan menyampaikan padanya,”Apa yang kau katakan wacana pria ini (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)?” “ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”Adapun mu’min, beliau akan menjawab,’Saya bersaksi bahwa beliau yaitu hamba Tuhan dan utusan-Nya.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”Maka dikatakan padanya: “Lihat daerah dudukmu di neraka, sungguh Tuhan telah menggantimu dengan daerah duduk di surga.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”Maka hamba tersebut melihat keduanya.” (HR. Muslim, lihat pula Shohih Imam Bukhari) 

WAJIBNYA BERIMAN PADA RASUL 

Iman kepada para rasul merupakan salah satu rukun iman yang wajib diimani. Karena para rasul yaitu sebagai mediator antara Tuhan dan hamba-Nya dalam memberikan risalah (wahyu) dan dalam rangka menegakkan hujjah Tuhan bagi para hamba-Nya. Iman kepada para rasul yaitu dengan membenarkan wahyunya dan menetapkan nubuwahnya (kenabiannya). 

Sungguh, para rasul yaitu orang-orang yang jujur (shidiq) terhadap yang disampaikan dari Allah. Sungguh, mereka telah memberikan risalah (wahyu) dan menjelaskan pada insan wacana sesuatu yang dihentikan mereka jahil (bodoh) padanya. Dalil wacana wajibnya beriman pada para Rasul amat banyak. Di antaranya Tuhan Ta’ala berfirman: 

 وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ 
“Akan tetapi, bahwasanya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (Al Baqarah: 177) 

 آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ 
 “Rasul telah beriman kepada Al Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.” (Al Baqarah: 285) 

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا 
 “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Tuhan dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Tuhan dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain), serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya.” (An Nisa’: 150-151) Dari ayat-ayat di atas terlihat bahwa Tuhan menggandengkan keimanan kepada Rasul dengan keimanan kepada-Nya, malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya. 

Dan dijelaskan pula wacana eksekusi KAFIR bagi siapa yang membedakan antara (keimanan, pen) kepada Tuhan dan Rasul-Nya sebab beliau telah beriman pada sebagian dan kufur kepada sebagian yang lain. Dan seorang hamba tidak sanggup beriman dengan benar kecuali dengan mengenal dan menempuh jalan rasul .  

HAMBA SANGAT BUTUH PADA RASUL 

Pengutusan para rasul merupakan nikmat Tuhan bagi para hamba-Nya. Karena kebutuhan hamba pada para rasul sangat mendesak (primer). Seorang hamba mustahil mengatur kondisi dan menegakkan agama tanpa mereka. Kebutuhan hamba kepada rasul melebihi kebutuhan mereka pada makan dan minum. Karena Tuhan Ta’ala telah mengakibatkan para rasul sebagai mediator antara Dia dan hamba-Nya, dalam mengenal Allah, mengetahui sesuatu yang bermanfaat atau membahayakannya, juga dalam mengenal rincian syari’at berupa perintah, larangan, dan hal yang dibolehkan, dan menjelaskan apa yang dicintai Tuhan dan dibenci-Nya. 

Tidak ada jalan mengetahui yang demikian kecuali dari para rasul, sebab logika tidak sanggup menunjuki pada rincian masalah ini dan sungguh diketahui hal yang mendesak ini secara umum. Tuhan Ta’ala berfirman, 

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيه 
”Manusia itu yaitu umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Tuhan mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Tuhan menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara insan wacana masalah yang mereka perselisihkan.” (Al Baqarah: 213.

Kebutuhan hamba kepada risalah (wahyu) lebih besar dari pada banyaknya kebutuhan pasien pada dokternya. Karena tidak adanya dokter, hanya akan membahayakan badan. Sedangkan tidak adanya risalah (wahyu) akan membahayakan hati . Kehidupan penghuni dunia akan tetap ada, selama adanya atsar (pengaruh) risalah. Jika atsar (pengaruh) risalah ini hilang dari dunia, maka terjadilah hari kiamat. (Al Irsyad ila Shohihil I’tiqod, hal. 177-178, diambil dari Program Aplikasi Maktabah Syaikh Sholih Al Fauzan)

Sumber http://bagaimana-islam.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Kenapa Kita Harus Mengenal Rasul? Apa Makna Beriman Kepada Rasul?"

Posting Komentar